Cerpen: Our Relationship is Everlasting

No comments
       Lelah mulai menyelimuti tubuhku setelah acara perpisahan kelas 3 SMA dan SMP di sekolahku, yaitu sekolah SMP-SMA Pelita Jaya Boarding school sukses diadakan malam ini. Kulihat sekarang waktu telah menunjukan waktu 00.00 malam. Kurasa ini adalah malam yang menyenangkan, sekaligus menjadi kegelisahan yang siap menghantuiku mulai malam ini. Aku belum siap akan kepergian sahabatku setelah perpisahan ini terjadi. Ku segera melangkahkan kaki menuju kamar sahabatku malam itu.
        “chik, malam ini gue nginep didepan kamar lo ya?” pinta aku pada sahabatku, chika. aku berdiri didepan kamarnya yang tidak asing bagiku.
      “baru gue mau ngajakin lo nginep disini” sahut chika. Chika mempersilahkan aku untuk masuk kekamarnya. Aku pun berjalan menuju kasur yang ukurannya tidak terlau besar. Aku duduk dan memulai pembicaraan.
      “ngga terasa ya, kita udah lulus aja. Besok kita pulang, dan lo juga pindah ke surabaya. Trus, gue tetep tinggal diasrama” kataku pada chika
      “iya vin, gue juga ngga sadar kita udah mau pisah aja. Gue berat sih ninggalin semuanya. Tapi mau gimana? Gue udah ngga bisa tinggal disini. Nyokap gue, pengen gue tinggal disana aja vin”
    “trus lo tega gitu ninggalin gue disini?” tanya aku berharap. Aku tak dapat membendung perasaanku. Tak sadar, air mata telah membasahi pipiku.
       “vin, jangan nangis dong!... gue jadi bingung”
      “gimana jadinya gue kalo ngga ada lo? Cuma lo doang yang selalu dengerin keluh kesah gue. Lo yang selalu ada ketika gue susah dan seneng. Kita udah terbiasa bareng chik...” aku meluapkan semua perasaanku. Wajahku menengadah kelangit
     “udah keluarin aja perasaan lo sampe enakan “ tiba-tiba chika mengatakan itu. Menurutku itu lebih baik. Aku pun menangis hingga tertidur.

       Esok hari telah datang. Ku lihat kalendar, hari ini sudah hari minggu dan sekarang tanggal 12 juni 2011. Aku sudah membenahi seluruh barang-barangku. Aku pun duduk diatas kasurku yang telah digulung.
       “mom, udah sampe mana?” tanyaku via sms. Mama juga tak membalas sms ku. Tak lama aku melihat mama yang mengenakan jilbab ungu. Menuju pintu kamarku
      “ma, udah dateng ! “ seruku, sambil menghampiri mama. Aku langsung bersiap membawa barang-barangku. Tapi aku ingat, aku belum menemui chika aku harus membicarakan tentang kemarin yang terhenti.
       “mama, tunggu dulu ya disini, aku mau nemuin chika dulu “ pintaku pada mama, mama pun mengiyakan.

****

        “chik, lo belom dijemput ?” tanyaku pada chika
        “iya vina,” jawab chika
       “chik, nanti lo sms gue ya dirumah. Gue harap kitananti bisa jalan ke Blok M. Kapan lagi kan chik? Hahaha” usulku pada chika.
        “haha, oke oke.... “ tawa chika tanda setuju
         “gue balik duluan ya chik, nyokap gue udah nunggu”
         “iya, hati-hati vin”                                                   

****
      Barang-barang udah siap. Mama udah melapor atas kepulanganku. Disepanjang jalan mataku menerawang. Aku mulai mengingat kembali kenangan yang sudah kami lalui. Yah, rasanya sedih... dan menyakitkan. Dulu, kami sering banget main handphone bareng dikamar. Kami sering browsing internet, mencari-cari tau hal baru. Mendengarkan musik bersama. Ughhh..... semua ini ngga aka terlupakan. Apalagi, setiap aku punya masalah, dia selalu siap mendengarkan tangisku. Dan mau berbagi tawa bersama di asrama. Aku pun berat melepas ini semua.
      
     Kini aku sudah dikamarku dirumah. Melepas lelah aku tertidur. Menunggu esok hari untuk bertemu chika di Blok M.
****
        “chik, gue udah di lobby Blok M Plaza! “ aku meneleponnya di pintu masuk plaza
        “iya.. iya, langsung ke d’cost deh” jawab chika
        “oke, oke” aku setuju, kita pergi ke resto favorit kami. Aku berjalan santai menuju lift.

        Aku malas untuk berputar-putar mencari eskalator. Lebih baik aku menunggu lift saja. Pintu lift terbuka, aku masuk dan menuju lantai 6 di plaza tersebut. Di dalam lift yang cukup sepi, aku melongok ke lantai dasar, dan memandangi penjuru isi plaza Blok M. Banyak hiasan lampu di penjuru koridornya, toko-tokopun penuh dengan bermacam-macam barang dan disini suasananya agak sedikit ramai. Tak sadar, aku sudah sampai di lantai 6, lalu aku keluar dan bergegas menuju resto tujuan kami. Ketika aku sudah di depan resto D’cost, Tiba-tiba  handphone-ku bergetar. Aku merogoh handphone didalam tasku. Kulihat, ada sms dari chika.

from : chika

vin, gue udah sampe nih....:)

       Ternyata, chika udah sampai,
       Tak lama, batang hidungnya mucul dihadapanku
      “chik, makanan udah gue pesenin!” seruku saat chika datang dan menghampiri meja yang sudah aku reserve. Aku memilih meja yang sering kami pilih. Berada di pojok resto, yang pemandangannya menuju penjuru plaza. 
     Chika menarik kursi dan duduk dihadapanku. Chika menghela nafas panjang, tampaknya nafasnya menjadi tersengal-sengal karena terburu-buru.

    “eh, gue jadi inget. Kalo duduk disini, rasanya jadi ngerasain kenangan waktu dulu ya? Sayangnya, kita udah mau pisah” aku mencoba mengingat kenangan yang telah terjadi. Mataku sedikit menerawang.
  “iya,....” chika berusaha menutupi perasaannya yang sebenanya kalut. Terlihat chika ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia hanya tetap diam dan tersenyum.
     “eh, gue mau tanya sama lo chik...” tanyaku kembali
     “apa?”
     “lo beneran mau pindah?”
     “iya.... sayong”
     “ Kenapa sih emangnya?” Tanyaku mendesaknya kembali.
    “ya lo tau kan, gue udah ngga betah banget tinggal di asrama, apalagi ketemu sama temen-temen lain yang freak abis. Yang ada nanti gue bisa gila, kalo terus-terusan tinggal disana, haha” kata chika menjelaskan dengan santai.
     “tapi kan chik, gue gimana kalo ngga ada lo?” aku memberi pertanyaan yang serius.
    “ya ampun vina...., disana kan masih ada temen-temen yang lain, lo pasti bisa vin tanpa gue!” cetus chika
    “iya sih, tapi.... huhh... andai gue boleh keluar dari sini juga kaya lo!” aku merasa putus asa
    “udah, ngga apa-apa.... nanti kita kan bisa tetep kontak-kontakan lagi, iya kan”
    “hmmmm.... ya udah, kalo emang itu terbaik buat kita, khususnya elo chik, gapapa deh.... dan yang paling penting, gue harap persahabatan kita selamanya! Walaupun jarak kita yang jauh, tetapi kita tetep satu!
    “sipp.... gue setuju! So that, our relationship is everlasting!... is’nt?”
    “yeah, we do!.... hahahaha”
Kami pun tertawa. Walaupun perpisahan dimulai, tetapi kami merasa bahagia. Aku sadar, persahabatan itu tidak terbatas oleh tempat dan waktu. Selagi kami masih bisa kontak, dan tetap menjalin komunikasi, kenapa ngga ?
    Dari ini semua, aku belajar untuk bisa melepas orang yang berarti dihidupku. Karna kita tau, semua yang diberikan oleh Allah swt didunia ini adalah semu. Kita tau hal itu ngga akan selamanya ada di sisi kita. Dan sekarang, aku belajar tanpanya.
****

No comments