My Travel Diary : Cara Jalan Gembel ke Bali via Darat

No comments

Huaaa akhirnya gue bisa nulis blog lagi setelah berpusing-pusing ria dengan skripsi. Anyway, gue sengaja menyempatkan diri untuk menulis pengalaman gue lagi ke Bali via darat. Perjalanan ini cukup lumayan lama, menyita waktu sekitar 34 jam sih. Tapi seru !

Salah satu alasan gue ke Bali lagi tahun ini karena gue harus sebar kuisioner di Bali untuk data skripsi gue. Kebetulan teman istimewa gue si sayur juga mau mapping (cie ileh) tempat dia nyari data untuk skripsian dia juga. Sungguh niat bukan? masih nyebar pake cara lama dan ngga pake google form? haha. Namanya lagi skripsi, otomatis duit sangatlah terbatas jadinya lewat darat. Bedanya sama perjalanan darat gue sebelumnya, kali ini gue bener-bener start dari Jakarta sampe Bali non-stop. Ok, lets start to read my experience!

Rabu, 21 Maret 2018

Gue sama si sayur udah merencanakan keberangkatan dari sebulan sebelumnya. Gue kebetulan udah membuat timeline skripsi gue, harus ngapain di bulan pertama, kedua, dan seterusnya sampe gue sidang skripsi sekalian samain jadwal si Sayur. Jadi sengaja kita putuskan untuk ambil perjalanan tanggal 21 Maret agar skripsian gue kelar cepet aja sih, hahaha. Gue sama sayur udah beli tiket kereta dari dua minggu sebelum keberangkatan. Kebetulan itu selesai gue ujian komprehensif, segera gue membeli tiket seharga Rp 106.000 untuk tujuan ke Surabaya, kemudian lanjut beli tiket seharga Rp 56.000 untuk tujuan Banyuwangi.

Tiket kereta kami ke Surabaya

Adapun rute perjalanan kita, yaitu :

1. Stasiun Pasar Senen - Stasiun Gubeng Surabaya ( Kereta Ekonomi Gaya Baru Malam Selatan)
2. Stasiun Gubeng Surabaya - Stasiun Banyuwangi Baru ( Kereta Ekonomi Probowangi)
3. Pelabuhan Ketapang - Pelabuhan Gilimanuk
4. Terminal Gilimanuk - Terminal Ubung

Tiba lah hari keberangkatan kita ke Surabaya. Gue berangkat ke Stasiun Pasar Senen dari rumah cukup menguras tenaga sih. Gue naik commuter line dari stasiun Depok Lama dan crowded banget. Maklumlah hari itu adalah hari kerja, jadi tas gunung gue yang cukup gede bikin gue kesulitan berdesak desakan di kereta commuterline yang super padet kayak kaleng sarden. Gue pun naik kereta Bogor dulu biar bisa naik kereta pertama ke arah Jakarta-Kota dan bisa duduk tentunya. Terus si sayur? dia akhirnya naik gojek ke Stasiun Senen dari rumahnya di Ciputat.

Ealah ada drama pula sih, dikerjain sama pengorder fiktif. Pesen gojek tapi gojeknya kaga dateng-dateng !. Nunggu lama di Stasiun Gondangdia dari jam 09.00, akhirnya jam 09.30 baru dapet gojek ke Stasiun Senen dari Stasiun Gondangdia. Whuddahell?! gue udah harus masuk kereta jam 10.15 woy. Untung cuma 10 menit naik motor dari Gondangdia ke Senen. Sayur udah nyampe di stasiun senen sih, jadi gue minta tolong dia untuk print boarding pass nya.

Sebagian bawaan kita selama perjalanan, hahaha

Perjalanan panjang di mulai, ternyata si sayur bawaannya lebih banyak daripada gue. Kebetulan dia juga ada saudara di Bali, jadi bawa banyak oleh-oleh. Gue pun ada kakak di Bali, tapi bawa oleh-oleh ala kadarnya karena bawa banyak barang. Jadi kita masing-masing punya tempat berteduh nantinya *halahh. Kocak sih kayak mau pulang kampung bareng. Bawa bekel nasi untuk perjalanan 2 hari 1 malem. Sayur bawa nasi uduk betawi, rendang, cemilan, dll. Bahkan saat kereta baru sampai Cikarang, si sayur udah buka bekalnya. Nasi uduk betawi kan emang cepet basi, jadi harus segera dimakan sekalian sarapan pagi. Bekal yang gue bawa untuk persediaan siang, malam dan besok haha. Air minum pun udah bawa 3 botol. Gue sama sayur emang onta banget sih wakakaka, jadi nggak cukup kalo bawa minum sedikit.

Fyi, saat ini perjalanan menggunakan kereta ekonomi sudah cukup nyaman. Meskipun AC-nya nggak dingin, tapi nggak kepanasan dan terganggu dengan asap rokok. Pokoknya dijamin bebas rokok. Selain itu, di setiap seat ada colokan. Jadi sepanjang apapun perjalanan kita masih bisa menggunakan handphone dan bisa men-charge. Kalau bete kan jadinya bisa streaming atau nonton film selama di kereta kan!.



Kayak gue nih, saking bosennya di kereta seharian jadi nonton film Coco. Sayur dari tadi tidur karena capek sih, dan nggak tau lagi harus kayak gimana cara kita untuk mengusir kebosanan. Selesainya nonton film, gue  malah nangis di kereta hahaha. Sayur malah ngetawain gue yang nangis gara-gara nonton film. Nggak lama gue juga jadi ikutan lelah dan tidur di bangku kosong, karena penumpang satu persatu mulai turun di stasiun tujuan mereka masing-masing.

Kamis, 22 Maret 2018

Santai di lobby stasiun
Finally, kita sampai tengah malam di Stasiun Gubeng, sekitar jam 01.00 pagi. Stasiun cukup sepi, cuma ada beberapa petugas yang jaga malam dan penumpang kereta yang juga mau lanjut ke Banyuwangi. Lumayan pegel sih karena lebih dari 12 jam ada di dalam kereta. Akhirnya kita berdua ngaso-ngaso cantik di depan loket sambil menunggu perjalanan selanjutnya ke Banyuwangi jam 04.00 lebih deh. Kebetulan masih ada Alfamart yang buka, jadi jajan roti, susu, you c1000, salonpas dan tolak angin. Maklum penyakit orang gembel mah masuk angin emang.


Sekitar jam 4 lewat, kereta Probowangi pun datang. kita menempati seat yang agak di depan, dekat dengan toilet. Badan udah nggak karuan sih (tau kaaaan kursi duduk kereta ekonomi rata begitu). Sampai menemukan tempat duduk kita sesuai tiket, langsung lanjut tidur lagi, hahaha. Emang dasar dua-duanya kebo.

Lagi ngisi biodata nih buat pembelian tiket kapal
Jam 08.00 gue sama si sayur kebangun dari tidur-tidur ayam. Akhirnya buka bekal dan kita makan. Kebetulan punya sisa nasi sama rendang. Makan cukup lahap, sambil melongok ke hamparan sawah yang terlihat dari jendela kereta. Mau foto-foto rasanya udah nggak sanggup saking lelahnya ahahaha. Nggak lama abis makan juga tidur lagi sih. Kebanyakan tidur di dalam kereta saking nggak tau lagi harus ngapain. Perjalanan didalam kereta cukup lama, jam 11.30 kita tiba di Stasiun Banyuwangi Baru. Keluarnya kita langsung jalan kaki menuju Pelabuhan Ketapang. Cuacanya panas siang itu. Tapi, jalanan Banyuwangi tetep sepi, kayak 2 tahun lalu waktu gue singgah di sana. 
Adapun tata cara untuk membeli tiket kapal, kita harus mengisi nama, nomor KTP, nomor handphone dan alamat rumah kita. Kemudian kita menyerahkan data diri sekaligus membayar tiketnya hanya Rp 7.000. Setelah membayar tiket kapal, kita berjalan kembali menuju kapal ferry yang akan berangkat ke Gilimanuk. Setiap 30 menit sekali kapalnya berangkat. Saat sampai di atas kapal, kami bertemu dengan penumpang yang kebanyakan masyarakat Banyuwangi dan sekitarnya yang menyebrang ke Bali lewat laut, sisanya ada beberapa turis domestik maupun mancanegara.


Suasana di dek kapal

Perjalanan di atas kapal sekitar 30 menit hingga berlabuh di Pelabuhan Gilimanuk. So far, perjalanan aman dan lancar walaupun saat itu matahari cukup terik. Angin sepoi pun berhembus disepanjang perjalanan. Lumayan ademin badan karena udah 1 hari nggak mandi haha. Kita tiba di Pelabuhan Gilimanuk jam 13.30 WIB. Badan udah pliket banget, jadi kita putuskan untuk mandi di Pelabuhan hahaha. Btw itu padahal toilet umum sih, penjaganya baik dan nggak ngomelin. Selesai bergantian mandi, kita jama' sholat zuhur dan ashar di mushola pelabuhan. Selesai kita bebenah jam 14.20, berjalan ke terminal yang ada diseberang pelabuhan. biasanya sih dihadang sama calo-calo bis yang agak garang. Yasudahlah akhirnya setelah deal-dealan kita bayar perorang Rp 50.000. Perjalanan selanjutnya diperkirakan sekitar 6 jam lamanya. Gue lumayan laper sih, masih punya ayam goreng kemaren jadi lanjut makan di bis yang sumpah kecil banget hahaha


Ohya, bisnya agak sedikit nightmare sih. Soalnya sempit banget cuy, sampe agak kesulitan buat nafas hahaha. Udah gitu, hampir banyak penumpang yang membawa bawaan besar-besar macem gue sama sayur. Tas segede gaban ! jadi tambah keliatan sesek. Biasanya si kenek bis menawarkan kami untuk meletakkan tasnya diatas atap bis. Haduuuuh nggak deh ! gue sama sayur bawa laptop soalnya, berbahayaaa kalo jatoh atau ilang. Jadi, kalo emang nggak mau ribet pake manual beli tiket kapal dll, sebaiknya naik Damri dari Pelabuhan Ketapang. Meski harganya lebih mahal, sekitar Rp 80.000, tapi lebih nyaman karena bisnya besar. Selain itu, kita nggak perlu lagi bayar tiket kapal.

Mayan seger soalnya abis mandi haha

Kawasan Gilimanuk ini sudah banyak orang muslim yang bermukim. Biasanya mereka adalah pendatang dari Banyuwangi. Jangan heran, kalau disepanjang jalan akan menemukan warung muslim. Yang mana mereka ini menjual makanan halal. Jadi sebenarnya  di Bali tidak terlalu sulit kok untuk mencari makanan halal kaki lima. Cukup mencari warung makan muslim jawa timuran.

Masjid Besar di Gilimanuk


Eh sumpah konyol sih, jadi bis yang kami tumpangi melaju agak pelan untuk ukuran perjalanan jauh. Kemudian di tengah perjalanan, Pak supir meminggirkan bisnya dan berhenti. You know what? dia turun, lalu sepertinya ke toilet dan sempet-sempetnya dia ngopi dulu sebentar!. WTF!! satu hal yang suka gue nggak ngerti sama orang orang di Bali  hahaha. Yaudahlah gue pun makan cemilan dan beli minum juga akhirnya hahaha. Lumayan kan perjalanan jauh.

Perjalanan Gilimanuk-Tabanan-Denpasar di hiasi dengan hutan lebat sepanjang jalan di sisi kiri. Kemudian di sisi kanan bisa melihat garis pantai yang panjang mengiri jalan kami. Pasirnya hitam dan ombak yang berdeburan kencang. Pantai ini tepat mengadap ke samudra hindia. Hari semakin sore, jalanan pun semakin gelap. Rasanya kita udah lelah banget dalam perjalanan jauh, hihihiw. 

Jam 20.00 tepat kami sampai di Terminal Ubung. Banyak sekali taksi dan calo-calo lainnya. Untungnya gue langsung dijemput kakak gue. Sekalian gue anter sayur ke tempat dia dijemput sama sepupunya. Alhamdulillah sampai di Bali dengan selamat.

Jadi begini deh ceritanya jalan gembel ke Bali via darat. Bener-bener hemat biaya lah. adapun rinciannya sebagai berikut

1. Stasiun Pasar Senen - Stasiun Gubeng Surabaya                     Rp 106.000
2. Stasiun Gubeng Surabaya - Stasiun Banyuwangi Baru.           Rp   56.000
3. Pelabuhan Ketapang - Pelabuhan Gilimanuk                           Rp      7.000
4. Terminal Gilimanuk - Terminal Ubung                                    Rp    50.000
_________________________________________________________________+
Total                                                                                              Rp 219.000

Nah, murah kaaan ternyata? hihihiw. Biaya ini diluar jajan yaa. Karena soal jajan itu opsional, dan bisa beda-beda kebutuhannya. Okedeh segini saja gue cerita dari gue, kalo ada yang mau nanya, monggooo silahkan !


No comments