Catatan Perjalanan : Keliling- keliling di Bali (Part 2)

No comments
Hell yeah, gue hari ini baru menyempatkan waktu lagi buat nulis. Gue harus menuliskan ini sebelum gue lupa hahaha. Disini gue akan menceritakan beberapa destinasi terbaik di Bali, yaitu Tegunungan Waterfall, Goa Rangreng, Water Blow, Pantai Jimbaran, Pantai Seminyak, dan Desa Penglipuran..

Okay, so lets read my experience !

10 Februari 2017

Hari ini gue kelayaban sendirian karena Mba Dwi dan Mas Fajar sedang menikmati short honeymoon-nya di Sanur. Dari gue yang masih goler goler dikasur dan sampai dandan cantik buat ngayab ke tujuan selanjutnya : Tegunungan Waterfall.



Tegunungan Waterfall ini terletak di Gianyar. Nggak terlalu jauh dari Pasar Sukawati. Perjalanan yang gue tempuh sekitar 30 Km dari ujung selatan Bali, Jimbaran. Dengan gaya gue yang grasa-grusu saat mengendarai motor pun membuat gue sampai di lokasi dengan cepat, hanya 1 jam. Bukan prestasi yang bagus sih. Biasa-biasa aja untuk soal ini, haha.

Loket Masuk Tegunungan Waterfall

Tiket masuknya lebih mahal daripada tempat wisata yang masih dikelola sama warga lokal, yaitu Rp.10.000. Gue nggak bilang mahal juga sih, tapi kalo dibanding sama tempat wisata lain yang masih sepi yahh ini termasuk nggak murah di kelasnya. Tapi wajar, karena tempatnya lebih terawat. Contohnya aja nih, Tangganya dibuat dari semen (sama aja sih sama yang lain), ada taman dengan hiasan pepohonan cantik dan ruang ganti baju yang memadai.


Aduh ati ati nyebrangnya, Pak Bule!


Rame ye, kayak alun-alun

Sayangnya saat gue sampai di TKP, air terjunnya coklat. Mungkin efek semalam hujan. Jadi nggak worth aja menurut gue. Udah gitu terlalu crowded. Gue nggak suka tempat wisata alam yang terlalu ramai. Kita ngga puas aja menikmatinya. kemudian hujan gerimis mulai mengguyur kawasan Tegunungan Waterfall. Gue harus cabut karena belom sholat zuhur dan waktu sudah jam 2 siang. Ternyata ada pom bensin yang jaraknya hanya 2 km dari Kawasan wisata Tegunungan Waterfall. Sekalian neduh karena tiba-tiba hujan menjadi deras.

Setelah hujan berhenti, gue melipir ke daerah perbatasan Bangli-Gianyar. Waterfall hunter dong, jadi gue pergi ke air terjung goa rangreng. Ternyata Goa rangreng ini nggak jauh dari air terjun Kanto Lampo yang gue datangi tempo hari bareng Mba Dwi. Gue sampai di Goa Rang-reng jam 3 sore. Kebetulan saat ingin masuk wisata Goa rang-reng, gue melewati Pura. Pura ini selesai melaksanakan Odalan.

Ehiya, Btw Odalan itu apaan sih, Han?

Odalan itu merupakan upacara peringatan kelahiran pura umat hindu. Tiap pura berbeda waktu pelaksanaannya, tergantung kepada kapan pura itu didirikan. Semakin besar puranya, semakin meriah perayaannya. Ibaratnya kayak anniversary gitu. Di Sepanjang jalan banyak dihiasi janur melengkung. Pura dihiasi dengan kain berwarna emas dan kain putih yang menjadi ciri khas orang Bali. Pura juga terbagi-bagi. Ada pura pribadi, pura keluarga, dan pura umum seperti Pura Lempuyangan dan Pura Besakih. Pura suci ini biasanya di jaga ketat oleh masyarakat dan beberapa pecalang. Terlihat para wanita juga membawa sesaji yang berisi berbagai persembahan dan kewangen.


Nah, Pecalang itu apa?

Pecalang merupakan polisi adat Bali. Mereka di tugaskan untuk menjaga lingkungan sekitar. Pecalang ini juga bersinergi dengan Kepolisian setempat untuk bersama-sama menjaga keamanan di Bali. Ohya, mereka sampai punya mobil patroli sendiri lho! keren deh.

Mau Odalan nih ke Pura


Air Terjun Goa Rangreng


Lanjut bahas Goa rangreng, Gue membayar tiket seharga Rp.5000. Gue sendirian ke bawah. Biasa lah kalo di Bali berasa banget suasana mistisnya, agak gimanaa gitu gue, hehe. Ditambah gue sendirian nggak jelas ke Air terjun. Gue sempet nyasar menyusuri jalan setapak ke atas bukit. Pantesan kok tiba-tiba gue gelisah pas lagi jalan, akhirnya gue turun lagi mengikuti kata hati, dan bener aja gue nyasar. akhirnya gue menemukan jalan yang benar, wakaka. Gue kebawah tangga menuju Air terjun Goa rangreng. Kebetulan ada seorang laki-laki, mungkin dia seumuran sama gue. Dia sedang mewawancarai seorang pemandu wisata. Gue sedikit nguping untuk bahan tulisan gue hahaha. Karena dia sesekali membahas sejarah Goa Rang-reng ini.

Loket menuju wisata Goa Rangreng

Udah menghitam muka gue, haha.


Pemandu wisata saat itu ada dua, namun pada akhirnya gue ditemani oleh Bli Komang. Bli Komang ini asli penduduk sekitar Goa Rang-reng. Dia bercerita bahwa saat ini Goa rangreng mulai dibidik oleh para invenstor untuk dijadikan kawasan komersil yang tidak bisa dijangkau oleh backpacker gembel macem gue. Penduduk sekitar mengeluhkan soal ini, karena penduduk tidak dilibatkan untuk mengelola kawasan Goa rangreng. Gue juga nggak setuju sih, karena keaslian alamnya akan memudar. Dipoles sana sini jadi nggak orisinil.

Bli Komang

Saat itu Bli Komang juga mengantarkan gue ke Goa rangreng yang tempatnya terpisah dengan air terjun. Sambil jalan, Bli Komang juga menceritakan bahwa Goa Rangreng ini merupakan tempat bertapa-nya Kebo Iwa. Kalo kalian masih inget cerita legenda mengenai Kebo Iwa, ya disinilah dia bersemayam. Kebo Iwa merupakan Pahlawan sakti yang membela rakyat Bali dari serangan Kerajaan Majapahit saat itu. 

Goa yang tidak terlalu besar ini di aliri oleh dua sungai yang berasal dari Gianyar dan Bangli. Suhu airnya pun berbeda antara air dari sungai Gianyar dan Bangli.  Ditengah-tengah lubang Goa terdapat batu besar yang dianggap suci, sehingga kita tidak boleh untuk duduk diatasnya. Keren deh pokoknya.

Goa Rang Reng dari depan

Goa Rangreng dari dalam
Gue nyeker, nggak pake alas kaki karena takut hujan dan sepatu gue basah. Biar berasa ngegembelnya juga. Gue diajak oleh Bli Komang ke mata air yang ada didekat pura. Gue harus menyebrangi sungai. dan tiba-tiba hujan sedang mengguyur kawasan ini. Gue udah siap sedia bawa jas ujan. Lebih worth pake jas ujan sih kalo lagi di alam bebas daripada bawa payung, haha. Jadi baru aja mau nyebrang ke mata air gue harus kembali ke atas karena hari sudah sore. Tak lupa, Gue memberi tip buat Bli Komang.


Sampai atas, Gue neduh di warung kecil si mbok. Gue yang cukup lapar saat itu dan membeli pop mie. Hujan masih deras. Batre hape gue udah mau sekarat. Tiba-tiba ada sekelompok wisatawan arab yang sedang menaiki motor ATV. Saat itu hujan juga sudah berhenti, gue berencana untuk pulang, tiba-tiba si orang tadi menghentikan motornya

"Hai" sapa nya dari atas motor
Gue cuma ngeliatin doi aja sambil nyengir.
"Aku cium kamu"

WTF, ini maksudnya apaaaaaaaaaaa?!

HAHAHA

Okay selesai lah kegajean gue pada hari ini

11 Februari 2017


Hari ini gue cuma keluar untuk makan seafood sekeluarga. Rencananya saat itu kami pergi ke Pantai Jimbaran. Kalo yang suka makan seafood, wajib banget deh kesini. Di Pantai Jimbaran ada pasar ikan yang cukup terkenal yaitu Pasar Kedonganan. Pasar ikan ini merupakan salah satu dari dua pasar ikan terbesar yang ada di Bali. Ikannya segar dan beraneka ragam, mulai dari lobster, udang, ikan kerapu, ikan tongkol, dll. Harganya juga murah, beli berbagai macam ikan hanya abis 200 ribu-an dan bisa diolah langsung di warung makan dekat pasar kedonganan. Harga untuk membakar berbagai seafood sekitar Rp 15.000/kg, sedangkan untuk olahan tumis ala Bali, kita hanya merogoh kocek sebesar Rp.25.000.  Kemaren sih abis 250.000 udah komplit sama nasi dan minum es kelapa buat berenam. Murah nggak tuh??!

Suasana Pasar Kedonganan yang begitu ramai

Nelayan di Pasar Kedonganan, Jimbaran

Makan bareng keluarga

Di dekat pasar kedonganan ini, kita juga bisa menikmati santapan seafood sambil ditemani sunset yang memanjakan mata, lho. Wah Asik deh pokoknyaa!

12 Februari 2017

Siang hari gue diajak Mba Dwi dan Mas Fajar ke Pantai Pandawa. Trus Gue berenang dengan beberapa wisatawan lain. Mas Fajar nggak berenang karena nemenin Nadia main pasir.Yaudahlah. Btw, tiket masuk ke Pantai Pandawa yaitu Rp 9.000,- udah sama parkiran.

Pantai Pandawa saat Mendung

Seru juga sih berenang di Laut, tapi kalo nggak bisa kontrol, kita bisa kebawa ombak sampai tengah dan tenggelam. Dan ternyata saat gue berenang itu selatan Bali gempa. Asli, pantesan aja kok tiba-tiba ombaknya gede banget pas gue lagi berenang. Tapi gue nggak mikir apa apa sih. Pas sampe rumah malah mama yang panik, karena nelponin kita nggak bisa. Yaiyalaah, di Pantai Pandawa kan kita ngumpet di balik tebing jadi nggak ada sinyal, hahaha.

Ke Pantai Seminyak bareng Mama

Abis gue balik dari Pantai Pandawa, sorenya sekitar jam 4an gue ajak nyokap ke Pantai Seminyak. Pantai Seminyak ini merupakan salah satu pantai yang masih berdekatan dengan Pantai Legian dan Pantai Kuta. Nah, Pantai Seminyak ini Terkenal dengan La Plancha nya. Kawasan paling elit dibanding 2 pantai lainnya. Jarang nemuin toko pernak-pernik biasa, kebanyakan toko yang high end.Tapi ke pantai ini juga nggak bayar, kita cuma bayar parkir aja Rp 2000. Trus makan jagung bakar deh seharga Rp 10.000,-

Sunsetnya kurang cantik karena mendung

La Plancha, Pantai Seminyak

Di La Plancha, kita bisa duduk unyu di bantal warna-warni ini sambil menikmati sunset di sore hari. Angin juga sepoi-sepoi meneduhkan hati. Sayang, makanannya muahal kalo mau duduk-duduk disitu, Per pax bisa kena Rp. 150.000. Makanya gue cuma moto-moto aja, huahaha (biasa lah gembel). Oh ya, Tiap kafe punya live music sendiri, dari yang accoustic sampai musik ajep-ajep alias EDM gitu deh. Kalo kesini udah paling asik sama pasangan. Recommended banget kalo honeymoon kesini. Suasananya emang romantis abis sih (yang jomblo nangis di pojokan aja yaaaak).

13 Februari 2017

Pagi-pagi gue sekeluarga melipir ke Pantai Nusa Dua buat ngeliat Devil Tears-nya Nusa Dua. Namanya Water Blow. Sekalian ngangetin badan dibawah matahari pagi. Cuaca cerah dan air laut sedang surut, Tapi water blow nya tetep cantik sih haha.Kenapa namanya waterblow, karena deburan ombak yang sangat tinggi menghantam batuan karang. Bener-bener keren dan mendebarkan tentunya,

Water Blow

Pas kami udah puas foto-foto, ternyata ada helikopter Tim Sar yang mondar-mandir diatas kami. Dan ternyata heli nya landing di heliped Nusa Dua. Keren !

Tim Sar lagi latihan nih

Narsis cyin



14 Februari 2017




Mumpung hari ini Mas Kiky lagi libur, jadi pergi bareng keluarga lagi. Kali ini kita melipir ke Desa Panglipuran. Kalo suka liat film FTV yang di bali gitu, pasti disini syutingnya, haha. Masuk kesini per orang dikenai tarif sebesar Rp. 15.000,-. Kalo kesini jangan lupa buat nyobain minuman khas desa ini yaaa, namanya Cemceman.


Cem ceman nih, kayak jambu kayak sirsak, nah lho? kayak apaya rasanya?


Klepon ungu  khas desa penglipuran 
Saat berkunjung kesini, kita bisa menyaksikan kehidupan masyarakat sekitar. Dari yang memasak dengan tungku, berdagang, membersihkan pekarangan rumah, dan lain-lain. Desa ini sangat rapi dan bersih banget.

Sedang memasak

Kayu Bakar


Pura Adat Desa Penglipuran


Hutan Bambu Desa Adat Penglipuran

Setelah puas explore Desa Penglipuran, kami melipir ke Wayang Cafe. Tempatnya berhadapan dengan Hanging Garden yang terkenal high class resort di wilayah ini. Disini ada Lodgenya gitu ala-ala Maribaya Lembang. Tempatnya sepi sih, kebanyakan yang nongkrong disini anak-anak ABG Bali. Makanan yang ditawarkan juga standar, seperti mie rebus, roti bakar, pisang bakar, paket nasi ayam, ikan bakar, dll.


Suasana Wayang Cafe

Lodge Wayang Cafe

Buat yang pengen duduk duduk santai dan menikmati suasana alam yang asri, kesini sih bisa banget. Harga makanannya juga standar. ramah kantong lah buat para gembelers. kisaran 5k-35k deh. 

Setelah hari sudah semakin sore, akhirnya sekeluarga pun balik kerumah dan istirahat. Asik lah pokoknya mah yah. Tapi yang jelas, keseringan gue pergi bareng keluarga di part ini, karena sejujurnya uang gue udah tipis buat sewa motor berikut bensinnya, hahaha.

Nah segini dulu deh part dua nya, biar nggak capek nyecroll isi blog gue, haha. Buat part terakhir sih yang paling seru karena di temenin orang nih #uhuk. stay tune yaaa.

Bye bye, See ya next part !


No comments